Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Persaudaraan Kaum Muslimin Diikat Oleh Keimanan
Sabtu, 22 Mei 2021

Khutbah Jumat: Persaudaraan Kaum Muslimin Diikat Oleh Keimanan ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 09 Syawal 1442 H / 21 Mei 2021 M.

Khutbah Pertama – Persaudaraan Kaum Muslimin Diikat Oleh Keimanan

Sesungguhnya kaum mukminin itu bersaudara. Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ

Sesungguhnya kaum mukminin itu adalah bersaudara.” (QS. Al-Hujurat[49]: 10)

Berkata Al-Imam Al-Qurtuby ketika menafsirkan ayat ini, ayat ini menunjukkan bahwasannya tonggak persaudaraan kaum muslimin adalah diatas keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Persaudaraan kaum mukminin tidak dibatasi oleh daerah ataupun negara. Akan tetapi ia adalah persaudaraan diatas iman dan Islam, diatas keimanan kita kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Karena kita semua hamba Allah, semua kita adalah hamba-hamba Allah yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak ada keistimewaan bangsa manapun di hadapan Allah kecuali dengan ketakwaan, tidak pula dengan warna, tidak dengan keturunan, akan tetapi yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.

Ummatal Islam,

Karena kaum mukminin bersaudara, maka tentunya persaudaraan itu mempunyai hak-hak agung yang harus betul-betul pupuk persaudaraan tersebut. Dan jangan sampai persaudaraan tersebut menjadi rusak dan hancur.

Tidak saling berbuat dzalim

Di antara perkara yang diperintahkan oleh Allah untuk kita jaga persaudaraan adalah kita berusaha untuk tidak saling berbuat dzalim sesama kita. Kita tidak boleh membiarkan seorang muslim pun didzalimi oleh orang lain. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ

“Muslim itu saudara muslim yang lain, tidak boleh ia mendzaliminya dan tidak boleh ia membiarkannya.” (HR. Muslim)

Ketika kita melihat seorang muslim yang berkebutuhan, tidak boleh muslim yang berkecukupan diam tidak membantunya. Maka kewajiban muslim yang berkecukupan untuk membantu muslim yang berkebutuhan tersebut. Tidak boleh seorang muslim cuek tidak peduli dengan lingkungannya. Sehingga kemudian orang kaya tambah kaya, si miskin pun tambah miskin. Ini bukanlah perkara yang dianjurkan oleh Islam, bahkan dilarang oleh Islam.

Maka kewajiban seorang kaya berusaha untuk membantu teman-temannya dan saudara muslimnya yang mereka berkebutuhan untuk memberikan sebagian yang Allah berikan rezeki kepadanya.

Merasa sakit terhadap yang menimpa muslim yang lainnya

Kemudian di antara hak seorang muslim atas muslim yang lainnya adalah kita merasakan sakit terhadap apa yang menimpa muslim yang lainnya. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan persaudaraan kaum muslimin bagaikan satu tubuh yang apabila sebagiannya sakit, maka semua tubuh merasakan sakitnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ

“Perumpamaan kaum mukminin di dalam cinta kasih mereka dan kasih sayang mereka dan perhatian mereka bagaikan satu tubuh”

إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ

“Apabila salah satu bagian tubuh merasa sakit, maka yang lain pun merasakan kesakitannya.”

Maka saudaraku sekalian, ketika kita melihat saudara-saudara kita di Palestina, mereka didzalimi oleh orang-orang Yahudi, kemudian hati kita sama sekali tidak peduli, hati kita tidak merasa sakit, itu menunjukkan kelemahan iman kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menunjukkan bahwasanya iman kita masih kurang. Sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwasanya kaum muslimin itu bagaikan satu jasad, satu tubuh yang mereka saling merasakan penderitaan yang lainnya.

Maka saudaraku, ketika kaum muslimin yang ada di Palestina sana dibantai oleh orang-orang Yahudi, tentu muslim manapun yang beriman kepada Allah tidak boleh ridha dan tidak boleh diam, dia berusaha membantu sesuai dengan kemampuannya, walaupun hanya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jangan meremehkan muslim yang lainnya

Di antara hak muslim kepada muslim yang lainnya, bahwa seorang muslim tidak boleh meremehkan muslim yang lainnya. Disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

بِحَسْبِ امْرِيْ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ

“Cukuplah bagi seseorang keburukan apabila ia meremehkan seorang muslim.”

Ia remehkan hanya karena kemiskinannya, ia remehkan karena ia tidak punya keturunan yang mulia, ia remehkan hanya karena ia bawahannya, ia remehkan hanya karena ia tidak punya status sosial, padahal ia orang yang beriman kepada Allah, dia muslim kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demi Allah, dalam Islam kemuliaan itu bukan ditentukan oleh harta, bukan ditentukan oleh kedudukan, akan tetapi ditentukan oleh ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagaimana dalam hadits yang hasan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika itu duduk-duduk dengan para sahabat. Lalu lewatlah seorang pemuda yang rupawan, kaya raya, bangsawan, punya kedudukan. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabatnya: “Bagaimana pendapat kalian tentang pemuda tersebut?”

Kata para sahabat: “Wahai Rasulullah, ini pemuda yang hebat dan istimewa. apabila ia melamar tidak mungkin ditolak, kalau ia memberi rekomendasi tidak mungkin ditolak. Karena ia punya kedudukan, ia seorang bangsawan.”

Tak lama kemudian lewat seorang pemuda yang terlihat dia miskin tak punya apa-apa, tidak punya kedudukan, bukan pula dia seorang yang bangsawan. Lalu kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabat: “Bagaimana pendapat kalian tentang pemuda ini?”

Kata para sahabat: “Wahai Rasulullah, pemuda ini tidak punya status sosial. Kkalau ia melamar tidak mungkin diterima, kalau ia memberi rekomendasi pun pasti ditolak.”

Apa kata Rasulullah? “Sungguh pemuda yang kedua ini di sisi Allah jauh lebih tinggi derajatnya dibandingkan pemuda yang pertama seperti derajat antara langit dan bumi.”

Subhanallah, karena Allah tidak melihat kepada status sosial, tidak melihat kepada rupa dan bentuk seseorang. tidak pula kepada kedudukan dan kekayaan, tapi yang Allah lihat itu adalah ketakwaannya. Maka tak pantas seorang muslim meremehkan muslim yang lainnya. Karena kita tidak tahu bagaimana ketakwaannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka ketika seorang muslim melihat muslim yang lainnya, ia menyangka bahwa muslim itu lebih baik daripada dirinya. Sebagaimana Al-Hasan Al-Bashri ketika ditanya apa hakikat tawadhu’, kata Al-Hasan Al-Bashri bahwa tawadhu itu ketika engkau melihat muslim yang lain, engkau merasa dia lebih baik daripada dirimu. Hal ini karena kita tidak tahu barangkali ia punya amalan yang tersembunyi yang kita tidak tahu, barangkali hatinya lebih ikhlas kepada Allah, barangkali ia lebih cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalaupun kita melihat saudara kita berbuat maksiat, kita pun tidak tahu barangkali setelah itu ia bertaubat kepada Allah, lalu ia memperbaiki amalannya, dia pun beramal shalih dan mohon ampun kepada Allah. Bisa jadi dia kemudian diwafatkan diatas iman dan Islam. Sementara kita, kita terkena penyakit ujub, kita terkena penyakit kesombongan, kita meremehkan orang lain padahal tidak seperti itu hak seorang muslim kepada muslim yang lainnya.

Inilah saudaraku, persaudaraan diatas Islam adalah persaudaraan yang sangat indah. Karena sesungguhnya persaudaraan tersebut diatas keimanan kepada Allah dan kehidupan akhirat.

Khutbah Jumat kedua – Persaudaraan Kaum Muslimin Diikat Oleh Keimanan

Meluruskan kesalahan dengan cara yang baik

Di antara hak muslim atas muslim yang lainnya, saudaraku, ketika kita melihat seorang muslim jatuh ke dalam kesalahan, kewajiban kita adalah meluruskan kesalahannya dengan cara yang baik. Disebutkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا

“Belalah temanmu yang berbuat dzalim atau yang didzalimi.”

Maka para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kalau kami membela orang yang didzalimi, kami paham. Lalu bagaimana kami membela orang yang berbuat dzalim?”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تَكُفُّهُ عَنِ الظُّلْمِ

“Kamu cegah ia dari perbuatan dzalimnya.”

Kdzaliman ini bisa berbentuk maksiat. Ketika kita melihat teman kita jatuh kepada maksiat, kita berusaha untuk mencegahnya dengan menasihatinya dengan cara yang baik. Kedzaliman itu terkadang berupa pikiran yang menyimpang dan menyesatkan, maka kita berusaha untuk mencegah ia dengan cara memberikan keterangan dan hujjah, supaya ia kembali dari pemikirannya yang menyesatkan tersebut.

Maka tentunya kita sayang, jangan sampai seorang muslim jatuh ke dalam api neraka. Maka kita selamatkan dengan cara seperti.

Mengucapkan salam

Di antara hak muslim atas muslim yang lainnya yang disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hak muslim atas muslim yang lain ada 6 perkara; apabila bertemu kamu mengucapkan salam. Mengucapkan salam bukan hanya sebatas melambaikan tangan, bukan hanya sebatas memanggil dia ataupun yang lainnya, tapi mengatakan “Assalamualaikum”.

Apabila kamu bertemu dengannya ucapkan salam. Demi Allah, saudarraku, mengucapkan salam itu sesuatu yang dicintai oleh Allah dan penyebab kita masuk ke dalam surga. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا

“Kalian tidak bisa masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak bisa beriman sampai kalian saling mencintai.”

أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ

“Maukah aku tunjukan kepada kalian, apabila kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai?”

أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

“Tebarkan salam di antara kalian.”

Di antaranya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kepada kita penjelasan tentang hak muslim atas muslim yang lainnya, yaitu apabila ia minat nasihat kepadamu, maka berikan ia nasihat. Nasihat yang terbaik adalah takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menjenguk ketika mendengar saudaranya sakit

Apabila ia sakit, kunjungi dia karena sesungguhnya orang yang mengunjungi orang sakit pahalanya besar di sisi Allah. Disebutkan dalam hadits, siapa yang mengunjungi saudaranya yang sakit diwaktu pagi ia akan didoakan oleh 70.000 malaikat sampai sore hari, dan siapa yang mengunjungi saudaranya yang sakit di sore hari, dia akan didoakan oleh 70.000 malaikat sampai pagi hari. Dan selama ia mengunjungi tersebut, ia berada dalam taman-taman buah surga.

Subhanallah.. Maka saudaraku, ketika kita mendengar teman kita, saudara kita sakit lalu kita cuek tidak peduli, kelak di hari kiamat Allah akan bertanya kepada kita. Sebagaimana Imam Muslim dalam shahihnya meriwayatkan, Allah akan beriman kepada seorang hamba: “Wahai hambaKu, Aku sakit.”

Lalu si hamba berkata: “Ya Rabb, bagaimana Engkau sakit? Engkau kan Rabbul ‘Alamin?” Allah berfirman: “Bukankah kamu tahu bahwa hambaKu Si Fulan sakit? Kenapa kamu tidak mengunjunginya? Padahal kalau kamu jenguk dia, engkau akan dapatkan Aku di sisinya.”

Sampai-sampai demikian Allah menegur nanti pada hari kiamat. Mengapa kita tidak mengunjungi orang yang sakit padahal kita tahu saudara kita itu sakit? Berbeda kalau kita tidak tahu atau ada udzur syar’i yang lainnya.

Download mp3 Khutbah Jumat Persaudaraan Antar Kaum Muslimin

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Persaudaraan Kaum Muslimin Diikat Oleh Keimanan” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50179-khutbah-jumat-persaudaraan-kaum-muslimin-diikat-oleh-keimanan/